Senin, 26 Mei 2008

Memprihatini Keprihatinan yang Memprihatinkan

Indonesia adalah sebuah nama dari sekumpulan manusia, yang secara defacto dan dejure membentuk sebuah bangsa, sebuah negara berdaulat, dengan susah payah, dengan pengorbanan panjang, menguras darah dan air mata, selama kurang lebih 350-400 tahun lamanya.

Sebuah rentang waktu yang lebih dari cukup, untuk membentuk mental dan karakter sebuah bangsa, baik secara positif maupun negatif. Perampasan hak, intimidasi, penghinaan, pembodohan, serta pembunuhan sistematis, telah lama dilakukan oleh para kolonialis masa lalu. Mental menjajah telah diterapkan secara simultan pada setiap generasi yang berkesempatan menjadi mitra kerja bangsa asing, sedangkan masyarakat yang bersebrangan secara paksa diposisikan sebagai masyarakat bermental pengemis, selalu susah, mengharap banyak bantuan, bodoh, terbelakang, penuh dengan ketidakberdayaan. Hal semacam ini bukanlah sebuah keadaan alami dari bangsa bernama Indonesia, akan tetapi keadaan yang secara sistematis, secara berkesinambungan, dan dalam jangka waktu sangat lama, dibentuk oleh para kolonialis agar masyarakat Indonesia menjadi masyarakat timpang secara sosial, tidak utuh, dan lemah dalam persaingan global.

Memasuki "Gerbang Kebangkitan Nasional", dengan semangat yang belumpernah ditampilkan dalam lakon sejarah, bangsa ini menyongsong kebebasan dengan bersama-sama menghirup udara kemerdekaan pada tahun 1945. Tahun bersejarah yang seharusnya mampu menjadi motivator dan landasan spirit dalam membangun bangsa ini.

Entah mengapa, baru sebentar merasakan segarnya udara kebebasan yang telah lama diperjuangkan dengan susah payah, bangsa ini kembali terpuruk dalam kubangan lumpur "pertikaian intern" bangsa, atas nama keyakinan, atas nama ras, atas nama HAM, atas nama rakyat kecil, atas nama uang, atas nama penguasa, dan atas nama Tuhan.........bangsa ini mengalami kemerosotan mental secara drastis, kemakmuran bukan lagi milik bersama, kebebasan bukan lagi hak asasi, HAM sudah menjadi senjata andalan untuk mencapai keinginan, politik sudah tak lagi mengedepankan hati nurani dan moralitas, ekonomi adalah hegemoni kalangan tertentu, dan berbagai kebobrokan yang sangat memprihatinkan, dan berjalan secara sistematis-birokratis ala "Indonesia".

Belum lagi Reformasi usai diterapkan, sudah disusul dengan adanya kebijakan yang tidak pernah berpihak pada rakyat kecil. Pemerintahan flamboyan yang lemah terhadap intervensi asing, tanpa malu memperlakukan masyarakat secara tidak ilmiah dan tidak mendidik. Demi sesuap keuntungan pribadi, pemerintah berani menipu rakyatnya sendiri denmgan mengatakan rugi sekian milyar dalam eksport BBM, sehingga untuk konsumsi dalam negeri harus selalu dibantu dengan import. Padahal kenyataannya bukanlah demikian, BBM menjadi langka bukan karena SDA yang ada di negeri ini sudah habis, akan tetapi BBM dalam negeri lebih untung dieksport ketimbang konsumsi dalam negeri. Berbagai alasan yang tidak mendidik telah diupayakan pemerintah untuk mengelabuhi masyarakat.

Rencana Kenaikan BBM telah memicu kenaikan harga bahan pangan pokok tanpa bisa dikendalikan oleh pemerintah. Entah karena tidak mampu mengendalikan atau memang tidak mau mengendalikan, akibatnya justru rakyat kecil yang secara langsung merasakan akibatnya. Isu "Layar Merah/Santet lewat HP/Penyebaran infra merah untuk pembunuhan massal" merupakan upaya yang secara sengaja dilakukan untuk mengalihkan perhatian masyarakat pada lemahnya kinerja pemerintah. Walau pada akhirnya, rakyat kecil juga yang harus mau secara paksa dijadikan sebagai "kambing hitam". Upaya suap massal dengan adanya program BLT dari pemerintah, yang sangat tidak mendidik pada masyarakat, dilakukan agar keuntungan pemerintah dalam eksport BBM menjadi kabur.

Bagaimana sesungguhnya skenario yang sedang dirancang Tuhan untuk Indonesia......?